Sapu Tangan (Cerita Usman Hasan)

Ukurannya tidak lebih dari dua puluh kali dua puluh senti meter, di Tolitoli dibilang lenso begitu juga di Sulawesi Utara. Di daerah lain pasti ada juga nama khusus untuk secarik kain istimewa ini.

Bisa dipakai sebagai lap, bisa juga untuk penutup wajah sebagai masker saat mengendari motor biar tidak menghirup debu yang beterbangan, untuk mengeringkan keringat saat berolah raga atau bekerja diluar ruangan juga boleh. Demikian istimewanya sapu tangan, sehelai intuk seribu satu macam kegunaan.

Sapu Tangan


Ditangan orang yang tepat, sapu tangan bisa jadi senjata pamungkas. Seperti pada penjual obat keliling, sapu tangan menjadi benda wajib yang haru dibawa saat bekerja.

Loh.. kok bisa bigitu?

Berikut penjelasannya.

Tidak semuanya namun ini yang banyak terjadi. Obat yang ditawarkan oleh penjual obat keliling biasanya adalah obat racikan sendiri. Minyak goreng yang dibeli dipasar kemudian diberi aroma dan warna khas, dibilangnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Penyakit dalam, penyakit luar, demam, sakit kepala, rematik, asam urat, minum dua tetes lansung sembuh. Santet, guna-guna, sihir dan pellet, oles diubun ubun tiga kali lansung sembuh.

Tepung beras yang ditumbuk istrinya dibilang powder korea penghalus kulit, sudah diberi mantra ajaib, pakai sore sebelum mandi dan malam sebelum tidur selama tiga jumat berturut-turut aura cantik akan trepan, wajah berseri bak bulan purnama.

Terus, sudah menjadi sesuatu yang alami, orang berkata tidak jujur dapat dilihat dari raut mukanya. Kadang jika sudah kelewatan tawa kecil tak dapat ditahan. Disinilah fungsi sapu tangan bagi penjual obat keliling. Untuk berjaga-jaga jangan sampai kelewatan terus tak mampu menahan tawa, maka sapu tangan digunakan sebagai penutup wajah dengan berpura-pura bersin atau melap keringat.

Ada satu kisah penjual obat penyubur rambut. Banyak photo tokoh-tokoh dunia dijejerkan diatas tikar. Tentu saja tokoh dunia yang berambut lebat, bukan tokoh dunia seperti Kruscove, Sukarno yang berambut botak. Demi meyakinkan orang, sang tukang jual obat juga memasang kumis dan jenggot yang dibelinya
dari salon.

Tak disangka terjadi musibah kecil, si tukang jual obat lupa kalau dia memakai kumis dan jenggot. Dia mengeluarkan sapu tangan menyapu keringat yang bercucuran diwajahnya sehingga kumis dan jenggotnya copot.

Orang pada meneriakinya. Tapi dasar penjual obat keliling punya sejuta akal. Katanya lagi, begini saudara-saudara. “Saya tak jadi menjual obat penyubur rambut, mungkin saudara tidak percaya lagi karena saya sendiri tidak memiliki kumis dan jenggot tebal. Sekarang saya mau menawarkan madu Dayak Asli. Untuk lebih meyakinkan, dia mengeluarkan parang mandau dari tasnya.

Tak ada berminat membeli, malahan orang tambah meneriakinya, ia tetap tidak mau berputus asa.

“Percayakah saudara-saudara kalau saya mengatakan bahwa saya memerlukan sedikit uang ongkos pulang dan pembeli nasi pelapis perut.” Kemudian dia mengeluarkan beberapa botol kecil dari tasnya. "Ini minyak kayu putih, Tidak perlu lagi saya membumbui dengan propoganda. Semua orang pasti mengenal minyak kayu putih”

Orang pun iba hati dan percaya. Beberapa orang membeli jualannya. Sebahagian orang membeli hanya karena dorongan kasihan.

Tapi dasar tukang jual obat. Dia pun masih melanjutkan, “ saudara-saudara. Saya dan banyak penjual obat memang benar sering tidak jujur, itu kami lakukan hanya demi sesuap nasi, sekedar mempertahankan hidup.

“Tapi itu ” Dia menunjuk ke arah sebuah baliho. “ mereka itu, kalau berbohong bukan karena sepiring nasi, tapi demi ketenaran diri, kekayaan duniawi dan nafsu kekuasaan yang dibungkus jargon kerakyatan.”

Waduh, dasar tukang jual obat. Dalam ketersudutannya, tetap tak mau kalah, masih saja tak kehabisan bahan omongan.

Cerita By Usman Hasan

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama